Home

Min’na mo Tomodachi JKT*0075* (NAN’DESUKA~!?)

Leave a comment

Apa, aku sekelompok dengan mereka? Sebenarnya, aku kecewa dengan Eri, Ami, Ayumi, dan Tomoka. Padahal, aku ingin pindah ke kelompoknya Asami agar bisa menjadi JKT*0075* Generasi Kedua yang sebenarnya. Mau tahu, Eri, Ayumi, Tomoka, dan Ami selalu melihat pekerjaan teman yang sudah selesai bila mereka belum. Itu yang membuatku kecewa dan aku berusaha untuk membuat mereka sadar atas kesalahan mereka yang sebenarnya. Avie-senpai tentunya dengan Anis-senpai mengancam Ami agar tidak menyontek lagi, tetapi dia mengaku tidak bersalah.

Selama istirahat, aku selalu melihat foto JKT*0075* Generasi Pertama bersama adik dari Avie-senpai, Arwen Ramadhani-kouhai. yang kubawa. Inilah fotonya:

Tapi, semua impian tak mungkin tercapai. Aku harus sekelompok dengan mereka itu dan terpisah dari JKT*0075* Generasi Kedua, mengapa bisa? Ruu-chan sudah memberiku berbagai nasihat, terkadang tidak ada hasilnya. Aku sedih, meskipun tidak menangis dalam masalah ini. Aku ingin pindah kelompok dan aku ingin bersama mereka, tetapi keputusan tersebut belum pasti. Perasaanku tidak enak, mataku berkaca-kaca, dan aku mulai menangis. Rasanya, masalah ini tak bisa berakhir begitu saja. Aku akan mencari cara untuk mencari solusi.

Sesaat kemudian, bel istirahat berbunyi. Murid yang beragama islam segera melaksanakan sholat Zuhur kecuali yang berhalangan (menstruasi untuk perempuan). Sedangkan yang non-muslim segera menikmati makan siang, termasuk kami bersama dengan siswi kelas VII-IX Muslimah yang berhalangan sholat.  Aku bersama Asami mengobrol tentang kelompok kami masing-masing ditemani Sakura, Kanako, Risa, dan Fuji.

“Kasihan sekali Ai-chan, dia terpisah dengan Asami …,” kata Ruu-chan menghampiri kami.

“Jadi bagaimana? Aku harus bertukar tempat atau tidak?” rengekku kemudian.

“Sudahlah … nggak usah sedih, Ryuushirou-senpai,” hibur Arwen-kouhai kemudian.

“Kouhai … cepat sekali pulangnya, ada apa?” kataku kemudian.

“Sekolahku, SD Juuichirou sedang ada rapat guru. Jadi aku mengikuti bapakku untuk ke sini, katanya dia tahu lomba Dance Cover waktu kakakku menghubungi bapakku lewat telepon umum,” jawab Arwen-kouhai.

“Kelas III, kan?” tanya Anis-senpai.

“Iya, aku kelas III,” jawab Arwen-kouhai kemudian, walaupun masih muda dia ingin membantu JKT*0075* Generasi Pertama.

Sepertinya, ini yang membuatku sakit hati. Apakah aku akan berhasil bertemu kembali dengan mereka? Aku harus menunggu takdir yang Tuhan berikan kepada diriku. Sementara itu, Ruu-chan banyak memberikanku nasihat yang memiliki banyak arti dalam hatiku. Setelah Avie-senpai dengan yang lainnya selesai sholat Zuhur, kami segera menghabiskan bekal makan siang kami sambil mengobrol. Aku masih memikirkan diriku yang semakin kecewa dengan kelompokku karena aku tak bisa mengikhlaskan semua kejadian ini.

Min’na mo Tomodachi JKT*0075* (TOTSUZEN, NIKAGETSU-GO …)

Leave a comment

Waktu terus berjalan hingga dua bulan kemudian. Aku menjalani dua bulan lalu dengan sangat baik dan usahaku tidak sia-sia. Apalagi usaha para Kaum Muslimin untuk mencapai kemenangan di bulan Ramadhan, semua telah berlalu. Begitu juga sahabatku, aku didukung juga oleh adikku Ryuushirou Amami. Aku harap, dia bisa membantu kami semua meskipun masih duduk di bangku SD. Apalagi, nilai tes memasakku bagus ketika ada tes membuat biskuit. Sekarang bulan September, bulan kelahiran Avie-senpai pada tanggal 16 nanti. Kalau ingin tahu, dia lahir pada tanggal 16 September 1998.

Sejak TK, dia pernah tinggal kelas di TK-A hingga bertemu dengan Syatila-senpai untuk pertama kalinya. Umur Avie-senpai sekarang genap 14 tahun. Aku baru berumur 13 tahun pada bulan Oktober nanti karena aku lahir pada tanggal 16 Oktober 1999. Pada hari ulang tahun Avie-senpai, aku memberikannya kartu ucapan ulang tahun kepadanya. Dia sangat senang menerimanya, walaupun aku menghargai kepercayaannya.

Keesokan harinya, Senin, 17 September 2012:

Kelasku berisik sekali! Bahkan petugas keamanan di kelasku kewalahan untuk menenangkan mereka hingga akhirnya kelas bisa tenang kembali. Sedangkan aku bersama JKT*0075* mengobrol bersama tentang lomba yang diadakan setelah ulangan umum semester pertama. Di tengah-tengah obrolan sebagian murid kelasku, Minamino Hiroko-sensei datang memberikan pengumuman penting tentang pembicaraan kami. Minamino-sensei memberikan sejumlah pengumuman tentang lomba tersebut. Tampaknya, apa yang akan terjadi?

“Sehabis ulangan umum semester ini, kita akan mengadakan lomba dance cover khusus perempuan. Lagunya bebas dan sekelompok ada enam orang atau lebih. Sekarang, Ibu akan membagikan kelompok untuk kalian,” kata Minamino-sensei kemudian, “Untuk laki-laki, kalian bebas menentukan peserta untuk pertandingan futsal antar kelas dengan lima orang pemain inti dan dua orang cadangan.”

Aku semakin berdebar-debar, apakah aku akan bersama JKT*0075* generasi kedua atau tidak? Aku akan segera menunggu keputusan dari Minamino-sensei. Sementara itu, para murid laki-laki baru saja menentukan tim futsal kelas kami dibantu oleh sekretaris kami, Fujita Hirari.

“Sensei, sesuai keputusan, Akihara Ryu, Daisuke Roujirou, Akihabara Funabashi, dengan semua pemain dan cadangan akan menjadi tim resmi futsal kelas ini,” kata Fujita kemudian.

“Baguslah kalau begitu, Ibu akan masukkan nama-nama yang kau catat dalam daftar pemain pada pertandingan futsal antar kelas,” kata Minamino-sensei kemudian.

Apakah aku akan bersama mereka lagi atau tidak?  Tolong aku, Tuhan! Sementara Avie-senpai dan teman-teman mengintip karena diperbolehkan istirahat oleh wali kelas mereka di Kelas Muslimah. Kelas Muslim dan Muslimah adalah kelas yang khusus untuk siswa-siswi yang beragama Islam. Untunglah, Avie-senpai dan kelima sahabatnya termasuk beragama Islam dan masuk ke Kelas Muslimah. Kelasnya terpisah agar insiden pada tahun kelahiranku tidak terulang lagi. Tiba-tiba …

“Ryuushirou Aika, Ryuzaki Ayumi, Daiichi Ami, Watanabe Eri, Momohara Zakuro, dan Rurichiyo Tomoka,” seru Minamino-sensei.

“APA?” aku dan Sakura kaget.

“Kita terpisah, dong! Mungkin kita dengan Aikiko-chan,” kata Asami.

“Terus gimana dong, aku ingin pindah agar pas dengan kalian, sifat kalian, dan juga kepribadian kalian yang hampir sama dengan JKT*0075* sejak dulu!” seruku.

“Sabar, inilah keputusannya,” kata Kurokawa Fuji, aku tak bisa terima.

Kemudian, Avie-senpai ditemani oleh JKT*0075* masuk ke kelasku untuk meminta keterangan tentang insiden yang menyakiti hatiku.

“Permisi, Bu,” katanya tanpa mengucap salam, tujuannya saja untuk menghormati yang non-muslim. Tak lupa, dia berjabat tangan dengan Bu Hiroko.

“Oh iya, untung ibu tahu dari Yanagi-sensei tentang kalian. Kalian memang tak bisa diputuskan,” kata Minamino-sensei.

Ya Allah … aku tahu bagaimana perasaan Ai-chan …. tiba-tiba Avie-senpai mengeluh tentang diriku.

Aku hampir mau menangis, karena teman sebangkuku Hoshizora Runo memberikan selembar tissue untukku. Aku harus lebih sabar lagi, dan aku harus menerima apa adanya walaupun berbeda!

Min’na mo Tomodachi, JKT*0075* (TAKARAMONO)

Leave a comment

Aku ingin bertemu mereka untuk meminta data diri mereka agar aku bisa mengetahui tentang mereka. Keesokan harinya, aku menjalani MOS terakhir bersama teman dan sahabat baruku. Aku dan Asami bertemu Arini-senpai untuk meminta tanda tangannya karena kata Kanade-senpai sekarang waktunya meminta tanda tangan pengurus OSIS. Setelah itu, aku diberikan fotonya waktu dia muncul di acara Talkshow tentang persahabatan abadi.Image

Kemudian, dia mendukungku dan Asami untuk membangun generasi kedua JKT*0075*. Dia sangat dewasa meskipun badannya pendek dan juga ramah sekali sehingga disenangi semua orang. Setelah itu, kami disuruh masuk ke dalam kelas untuk mengetahui jumlah pengurus OSIS yang sudah dikenal. Kami diberi banyak penjelasan dari beberapa guru yang bertugas selama MOS. Ketika bel menuju aula (khusus MOS) berbunyi, kami segera turun ke aula yang agak luas dan memiliki 4 AC yang ramah lingkungan.

Tiba-tiba, ada kejadian yang tak disangka. Aku bertemu sahabatku sejak TK, biasanya mereka sudah lupa karena itu adalah kenangan waktu kecil. Aku dan Asami menengok ke hadapan orang itu, ternyata namanya adalah Oribe Sakura. Sakura adalah sahabatku sejak TK, aku memperkenalkannya kepada Asami. Sakura memang ramah dan mudah diajak mengobrol. Saat kulihat Sakura, dia terlihat sangat dewasa dan lebih sabar.

“Ai-chan … kamu masih ingat aku, kan?” tanyanya.

“Masih!” jawabku.

“Mulai sekarang kita sahabat!” seru Asami.

Setelah melihat demo ekstrakurikuler yang sangat seru, kami segera mengikuti upacara penutupan MOS yang diikuti oleh pengurus OSIS dan peserta MOS termasuk kami. Setelah upacara selesai, kami segera pulang ke rumah.  Fujiwara Kanako, Haibara Risa, dan Sakagami Fuji ikut menemani kami pulang dan mereka pun mempunyai usul untuk membuat grup generasi kedua JKT*0075*.

“SETUJU!” seruku dan Sakura.

Kami segera mengungkapkan persahabatan pertama kami dengan menggabungkan tangan kemudian berpisah menuju rumah masing-masing.

“JKT …. *0075* IS THE BEST!” seru kami dan kemudian kami pulang ke rumah masing-masing.

Sepulang sekolah, aku menceritakan semua pengalaman hari terakhir MOS kepada ibuku. Katanya, MOS tahun ini seru sekali. Barang yang dibawa ternyata adalah bocoran dari pertanyaan aneh yang diberikan, hahaha! Aku mendapatkan banyak sahabat, apalagi membuat grup untuk membantu kakak-kakak kelasku yang termasuk grup JKT*0075*. Mereka berenam adalah orang-orang yang sangat ramah, Avie-senpai pernah menulis buku hingga menyebar di toko buku. Menurutku, hanya Avie-senpai yang bisa mengungkapkan perasaan semua orang lewat tulisan. Begitu juga Syatila-senpai, dia juga hobi menulis dan menggambar seperti halnya Avie-senpai. Berikut hasil gambar Avie-senpai yang sangat bagus.Image

Avie-senpai bisa menggambar tokoh Manga alias ‘Komik Jepang’, dia adalah kutu buku yang suka membaca Manga dan novel. Setelah teringat akan hobinya, membaca novel, Avie-senpai jadi suka sekali menulis. Avie-senpai sangat baik hati, walaupun mempunyai masalah dalam persahabatan dan pernah menjadi bahan tertawaan anak laki-laki. Aku ingin sekali meminjam buku dari Avie-senpai.

Aku jadi terpikirkan oleh Avie-senpai yang terus berjuang meskipun berkebutuhan khusus tanpa perlu pendamping. Kurasa, aku harus mengikuti langkahnya dengan cara yang berbeda.  Cita-citanya adalah menjadi guru yang bijak, sedangkan cita-citaku adalah menjadi dosen di sebuah universitas unggulan di Jepang.

Akhirnya, aku, Asami, Sakura, Fuji, Kanako, dan Risa adalah sahabat sejati selamanya. Sahabat adalah harta yang paling berharga dibandingkan harta sendiri. Aku memutuskan untuk mendengar lagu ‘Ichiban no Takaramono’ dari Karuta untuk mengenang persahabatan pertama kami.

Min’na mo Tomodachi JKT*0075* (0075 WA AITAI KARA)

Leave a comment

Inilah aku, Ryuushirou Aika. Semua biasa memanggilku Ai atau Ai-chan, apalagi Aika. Aku sedang mengikuti MOS di sekolahku yang baru, SMP Juunichirou Tokyo. Ketika MOS, aku mendapat banyak teman baru dan masuk ke kelas VII-5. Kemudian, aku segera memasuki kelasku yang baru ketika OSIS memandu kami untuk masuk ke dalam kelas. Rasanya lega ketika aku mendengarkan sejumlah penjelasan dari berbagai guru yang memperkenalkan kegiatan di sekolah baruku.

Saat jam istirahat berlangsung, aku kemudian diajak ke kafetaria oleh seorang siswi yang berbadan pendek, tetapi orangnya dewasa. Aku pun menerimanya sambil mengambil bekal yang aku bawa, dia juga begitu. Aku senang karena mendapatkan seorang sahabat yang sangat baik dalam hatiku.

“Siapa namamu?” tanyaku kepada sahabatku.

“Namaku Rumisaki Asami,” jawab Asami.

“Namaku Ryuushirou Aika,” jawabku.

Aku sangat senang karena mendapatkan seorang sahabat, tiba-tiba kami langsung bertabrakan dengan kedua gadis berhijab itu. Setahuku, perempuan yang berhijab adalah orang yang beragama islam dan taat kepada kepercayaannya. Gadis yang kumaksud adalah siswi kelas VIII. Salah satunya adalah seorang pengurus OSIS yang baru mengawasi murid baru yang mengikuti MOS. Sedangkan kami diawasi oleh Tanamachi Kanade-senpai dibantu oleh Fukushima Jun-senpai.

Waktu terus berlalu, aku segera pulang ke rumahku bersama sahabatku. Aku masih bingung siapakah keenam kakak-kakak kelas yang berhijab sekaligus orang Islam. Apakah mereka adalah gang atau group dan apakah mereka bisa bersama lagi pada beberapa tahun yang akan datang? Ini sungguh membingungkan, setelah berganti baju aku menonton TV sambil mengirimkan SMS kepada Asami tentang dirinya. Ketika aku melihat mereka berenam di TV, ternyata mereka bukan presenter, dan juga bukan selebritis. Mereka berenam dengan seorang adik dari salah satu anggota kelompok itu adalah pencerah untuk semua orang dalam bentuk persahabatan. Saat penghujung acara, muncullah gambar yang menandakan mereka sendiri:

Mereka sangat baik hati terhadap sesama, aku ingin seperti mereka ketika bertemu dengan sahabat-sahabatku selain Asami dan membuat grup khusus karena mudah terpisah. Mereka adalah; Arini Salsabila Ramadhani-senpai, Syatila Baiduri Ouben-senpai, Khoirunnisah Parwati-senpai, Avie Rushina-senpai, Virda Agus Setiawati-senpai, dan Rizza Azzahrahainannisa-senpai. Mereka sangatlah istimewa, mereka adalah sahabat yang paling akrab. Apalagi Avie-senpai sangat berbeda dengan mereka, dia pernah berkebutuhan khusus. Syukurlah, Avie-senpai tidak perlu guru yang mendampinginya karena dia telah berusaha keras untuk menjadi orang hebat.

Ketika acara selesai pada waktu dua menit lagi, muncul juga gambar yang menunjukkan keakraban mereka. Sebenarnya, aku tertarik dan mulai menyukai grup kakak kelasku, JKT*0075*.

BACK TO SCHOOL!

Leave a comment

Jaa neee … HOLIDAY, OKAERINASAI TOMODACHI! Watashi no gakkou wa sabishii desu. Dakara, atarashii CLASS soshite tomodachi o matte iru yo~!

Hello world!

1 Comment

Welcome to WordPress.com! This is your very first post. Click the Edit link to modify or delete it, or start a new post. If you like, use this post to tell readers why you started this blog and what you plan to do with it.

Happy blogging!